ORANG-ORANG YANG SABAR
Bismillah . . .
Seorang mukmin memiliki ciri khas tersendiri, yakni ia
yang sebagian jiwanya digunakan untuk bersabar dan sebagian lainnya untuk
bersyukur.
Kita sebagai manusia dianjurkan untuk selalu bersabar,
ketika suatu hal yang buruk atau musibah terjadi. Menerima kenyataan yang tak
sesuai dengan ekspektasi dan bersabar akan menunggu sesuatu yang tidak kunjung
terealisasi.
Balasan menjadi orang yang penyabar itu besar loh, siapa
coba yang tidak ingin diberi pahala yang besar oleh Allah ? tidak ada, pasti
semuanya ingin. Mudah. Cukuplah menjadi orang yang sabar.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (Az-Zumar : 10)
Orang yang memiliki kesabaran tanpa batas sulit
ditemukan, kebanyakan mereka hanya mengandalkan nafsu amarah sehingga kesabarannya
mudah goyah. Sebab, orang hanya membesarkan ego yang mereka miliki, bukannya
membesarkan hati.
Padahal, kesabaran itu sendiri muncul dari hati. Hati
yang selalu menerima sekalipun datang musibah, kekurang harta, jiwa,
buah-buahan, makanan, dan lain sebaginya. Dan besarnya balasan bagi orang yang
sabar akan setimpal atau bahkan lebih besar, dengan beratnya ujian yang telah
ia alami. Allah Maha Adil kan ?
Tidak perlu lah, kita bersedih hanya karena masalah
sepele yang terjadi. Masalah kita tidak berarti apa-apa bila dibandingkan
dengan beban yang Rosulullah emban.
Bayangkan seberapa lebih sakitnya Rosulullah ketika
berdakwah ? Beliau tetap sabar dan kokoh, berani menyampaikan kebenaran di
tengah-tengah pekatnya kejahiliahan. Meski harus dicaci-maki, dilempari batu,
disiram kotoran, diperangi dari segala sisi, hingga terancam mati berkali-kali.
Bahkan ketika beliau diiming-imingi harta, tak goyah sama sekali.
Bagaimana dengan cobaan yang menimpa Nabi Ayyub
‘alaihissallam ? Atas kematian anak-anaknya, habisnya harta, diusir oleh
masyarakat sekitar, dikucilkan oleh keluarga, diceraikan oleh kedua istrinya,
bahkan ditimpa penyakit kulit yang mengenaskan selama 18 tahun lamanya. Kita
bahkan tidak bisa membayangkan, betapa sabarnya beliau terhadap cobaan-cobaan
yang menimpanya.
“Barangsiapa sabar atas musibah, maka akan dituliskan baginya tiga ratus derajat, yang jarak antara tiap-tiap dua derajat adalah seperti jarak langit dan bumi. Dan barangsiapa sabar untuk melakukan ketaatan, maka akan dituliskan baginya enam ratus derajat, yang jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara batas bumi yang teratas dan ujung bumi yang tujuh. Dan barangsiapa sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan, maka dituliskanlah baginya sembilan ratus derajat, yang jarak antara dua derajat seperti jarak antara Arsy dan Bumi”. (Zubdatul Waizin)
Dari itu dapat diketahui bahwa, jalan menuju Allah Ta’ala
itu lebih dekat kepada sabar menghadapi cobaan daripada kepada sabar ketika
menerima anugerah atau karunia. Oleh karena itu, orang yang bersabar itu lebih
utama daripada orang yang bersyukur. Sebab, orang yang bersyukur itu hanya
disertai oleh tambahan nikmat yang diberikan Allah karena rasa syukurnya itu.
Sedangkan orang yang bersabar disertai Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu” (Ibrahim :7)
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Anfal : 46)
So, stay be patient ! karena yang namanya ujian, atau
cobaan datangnya bisa kapan saja, tak terduga. Jangan sampai kita menuruti hawa
nafsu yang ada pada diri kita, kesabaran bisa enyah kapanpun itu tergantung kita
sendiri. Jika kita senantiasa menjaga kesabaran kita, dari mulai bersabar atas
kekesalan hal kecil sampai bersabar atas musibah besar, maka In Syaa Allah akan
mudah diri kita untuk selalu bersabar.
Comments
Post a Comment