KETIKA الله TIDAK MAU MENERIMA KITA LAGI DI RUMAH-NYA, TANYAKAN KENAPA?


Bismillah . . .
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan mahluk-Nya yang tak dapat dilihat mata karena terlalu kecil, bernama CORONA di awal November, di sebuah negeri yang tak mengenal-Nya: Wuhan.
Kini si mahluk kecil itu memporak porandakan segala sendi kehidupan 2/3 dunia. Ekonomi global mengalami anomali yang sulit dinalar. Ketakutan dimana mana. Kematian cukup banyak hanya dalam sekejap saja. Saat umroh dilarang oleh otoritas Saudia, kita masih tidak terlalu risau karena hanya orang mampu dan terpanggil yang bisa melakukannya.
Kita masih bisa berapologi: “Ah umroh kan gak wajib. Lagian rumah Allah kan bukan cuma di Makkah Madinah, masih ada Masjid-masjid, nggak masalah Umroh ditutup.”
Pada detik itu, kita hanya berfikir: Allah menutup pintu rumah besar-Nya hanya untuk kaum-kaum jauh. Allah hanya memberikan kesempatan pada penduduk sekitar dan para pelayan sejati yang diperbolehkan bertawaf di baitul ‘atiq-Nya.
Namun tadi malam, Majelis Ulama Indonesia MUI mengeluarkan fatwa pelarangan Shalat Jum’at, Tarawih Ramadhan dan pelaksanaan Shalat Iedul fitri untuk daerah terdampak corona yang ditetapkan pemerintah. Dan bisa jadi meluas dari yang sekarang. Bahkan Mudikpun akan dilarang.
(Bertanya dalam renung)
Apakah Engkau marah Rabb-ku? Ketika sebelum ini: – Masjid-masjid megah namun sepi. – Mushola-mushola bertebaran namun berdebu. – Tarawih ramai namun hanya di awal Ramadhan. – Lebaran katanya mudik, namun tetap hanya notifikasi WA-lah yang saling bermaafan.
Yaa Allah..
Saat tak dibebaskan lagi bagi kami bersujud di rumah-Mu yang suci, saat terbatasi bagi kami berjama’ah dengan para jama’ah saudara seiman kami, baru kami paham ARTI KEHILANGAN.
Betapa mulai sunyi pengeras suara masjid di sekitaran kami dari celoteh kanak-kanak atau pujian-pujian. Betapa sepi jalanan depan rumah kami dari ramainya TPA dan ibu-ibu yang hendak pengajian. Betapa terasa saat semua hal yang selama ini kami abaikan itu, telah menjadi pelarangan. Nikmat yang Dicabut itu, barulah menggerogoti relung kedamaian.
Yaa Allah..
Pesan Cinta apa yang ingin Engkau sampaikan?
Atau memang sudah tak sudi lagi Engkau melihat wajah kami, mendengar keluh kesah kami, menatap tangis kami dan meraba senyum bahagia kami di rumah-rumah-Mu?
Yaa Allah, sekarang kami bisa merasakan bagaimana perasaan saudara kami di Uyghur, Myanmar, Suriah, dan Palestina yang harus berjuang dahulu untuk bisa berada di rumah-rumah-Mu. Sementara kami, justeru seringkali malas menuju masjid yang hanya beberapa langkah dari rumah, dengan aman dan nyaman pula.
Yaa Allah, kini kami sadar arti silahturahmi yang dulu kami anggap hanya basa basi. Sekarang kami tak bisa dalam kerumunan dan forum dakwah yang mendatangkan banyak orang lagi.
CORONA, mahluk kecil tak nampak oleh mata, namun mampu merusak tatanan ketenangan dunia.
Yaa Allah, jangan kau buat Ramadhan kami nanti terasa sepi hambar. Membayangkan tak ada shalat tarawih berjama’ah, tadarrus ramai-ramai, dan membangunkan sahur sambil berkeliling kampung. Apalagi membayangkan tak ada lagi mudik berdesakan.
Jangan yaa Allah, jangan. Jangan Engkau cabut nikmat yang berpuluh tahun kami nikmati namun telah kami abaikan.
Apakah Engkau sedang menyentil kami? Ketika ada kesempatan, kami justeru cukup mengumbar WA copast-an untuk bermaafan?
Apakah Engkau sedang mengkapoki kami? Ketika takziah yang 1 kota saja, kami hanya titip kalimat Innalillahi wa Innailaihi roji’un melalui grup rekan dan teman?
Jangan Engkau cabut nikmat ini yaa Allah. Karena kini kami akhirnya benar-benar hanya bisa bertemu dalam tegur WA atau kalimat telpon dan pesan. Engkau menuruti kami yaa Allah. Menuruti pengabaian kami yang kami ciptakan sendiri sebelum-sebelum ini.
Maafkan kami yaa Allah, maafkan kami.
Masihkah ada kesempatan lagi? Bukankah Maha Pengasih-Mu, melebihi murka-Mu pada kami?
Yaa Allah, hidupnya makhluk kecil (CORONA) ini adalah semata-mata atas kehendak-Mu. Engkau yang menghidupkan segalanya. Engkaupun yang mematikan segalanya. Maka, panggillah kembali mahluk CORONA ke tubuh-tubuh hewan seperti sebelumnya. Cukupkan tugas mereka untuk mengingatkan kami (manusia) semua. Berilah obat untuk wabah ini. Dan Berilah tobat bagi kami hamba-hamba-Mu. Pertemukanlah kami dengan Ramadhan penuh berkah, tanpa CORONA di antara kami.
Aamiin Allahumma Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

HANYA ALLAH YANG PALING MENGERTI KITA

ORANG-ORANG YANG SABAR