NIKMAT DARI ALLAH
بسم االله الرحمن الرحیم
Bukan
promosi, bukan pula sedang berekspresi, justru sedang berekspetasi. Bagaimana
kalau besok nyawaku sudah tak lagi dirangkul bumi, bagaimana justru bumi telah
memelukku erat ? Padahal jalan-jalanku baru sebentar.
Sudahlah
tak apa, yang penting sudah jalan-jalan. Karena sebentar, yang ku lihat pun
hanya hal-hal yang ada di sekitar, iya sekitar kota yang saya tinggali.
Apakah ini
yang dinamakan menyedihkan?
Ah kurasa tidak. Bagiku, yang namanya nikmat ya tetap nikmat, walau sedikit atau sekecil apapun ia tidak akan berubah, ia akan tetap menjadi nikmat yang Allah berikan. Maka aku wajib barsyukur.
Ah kurasa tidak. Bagiku, yang namanya nikmat ya tetap nikmat, walau sedikit atau sekecil apapun ia tidak akan berubah, ia akan tetap menjadi nikmat yang Allah berikan. Maka aku wajib barsyukur.
Lagipula
tidak akan rugi ketika manusia bersyukur dalam keadaan pilu, sempit, atau susah
sekalipun. Bukankah barangsiapa bersyukur nikmatnya akan Allah tambahkan?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
(QS.
Ibrahim: 7)
Bagaimana?
Masih mau kufur?
Masih mau kufur?
Kita tidaklah pantas untuk kufur, atau selalu mengeluh, atau tidak pernah
merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, kita tidak pantas begitu. Memang
sudah berapa nikmat yang kita hitung? sepuluh? dua puluh? tiga puluh? oke. Kita
memang bisa menghitung, nikmat yang masih terngiang di pikiran kita, tapi itu
hanya nikmat-nikmat tertentu saja.
Manusia
tidak mungkin bisa mengingat semua nikmat yang sudah Allah berikan, bukankah
manusia pelupa? Jangan lupakan itu. Bahkan, yang namanya nikmat bukan hanya
semua yang dirasa bahagia menurut kita, yang sepertinya kita rasa itu
menyakitkan bisa saja itu juga nikmat. Barangkali ada hikmah di balik semua itu?
Misalkan
saja ketika kita dijauhkan dari yang kita sukai. Mungkin itu menyakiti hati, tetapi
sesungguhnya itulah nikmat Allah, karena Allah sayang pada kita, Allah tidak
ingin kita menyukai orang yang salah, Allah tidak ingin kita terus-terusan
mengingat hamba-Nya saja karena Allah lebih penting dari hamba-Nya.
Jika orang
yang kita sukai itu justeru membuat kita jauh dari Allah, maka ia bukanlah yang
terbaik untuk kita, karena pada hakikatnya cinta sejati bukanlah ia yang menjauhkan
kita dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dan jika kita dijauhkan darinya (orang yang
kita sukai), maka itu tandanya Allah hendak memberikan yang lebih baik darinya untuk
kita.
Oke,
sekarang kita kembali lagi ke pembahasan sebelumnya, yakni jalan-jalan.
KIta tidak usah iri atau dengki kepada mereka yang sudah pernah jalan-jalan
keliling kota, keliling negara, atau keliling dunia sekalipun, kita tidak usah
merasa iri. Ingat, ini hanya dunia yang kecil, kelak surga akan lebih luas, lebih
indah, dan tentunya lebih segalanya dari dunia ini. Dunia ini tidak ada apa-apanya,
dibanding surga-Nya.
Dan
lagipula, untuk apa sih jalan-jalan mereka itu?
Jika mereka berjalan-jalan hanya sekadar untuk jalan-jalan saja, untuk menghibur diri saja, untuk menghamburkan uang saja, atau yang lain yang berkaitan dengan HURA-HURA. Maka, percuma!
Jika mereka berjalan-jalan hanya sekadar untuk jalan-jalan saja, untuk menghibur diri saja, untuk menghamburkan uang saja, atau yang lain yang berkaitan dengan HURA-HURA. Maka, percuma!
Nikmat yang
Allah berikan itu, bukannya dimanfaatkan dengan baik, bukannya untuk
mentadabburi alam, muhasabah bahwa diri kita ini sangat kecil, atau bertafakkur
tentang alam ciptaan Allah, tetapi justeru hanya untuk kesenangan duniawi saja
tanpa mengambil pelajaran, sangatlah sia-sia apa yang mereka lakukan.
Bahkan jika
dibandingkan dengan aktifitas seseorang yang hanya di lingkungan rumah saja
tetapi ia melakukan berbagai hal yang bermanfaat, itu lebih baik daripada yang pergi
jauh-jauh tetapi tidak dapatkan apa-apa. Pelajarannya NOL BESAR. Itu adalah kebodohan
yang haqiqi.
Sedikit
sekali orang yang berpikir jauh tentang alam ini, mentadabburi apa tujuan diciptakannya
gunung, sungai, pohon, daun, atau bahkan butiran pasir yang kita lihat kecil,
atau hal yang lebih kecil lagi. Orang-orang yang seperti itu langka sekali.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Dia yang meng hamparkan bumi dan menjadikan g unung -g unung dan sung ai-sung ai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang -pasang an; Dia menutupkan malam kepada siang . Sung g uh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bag i orang -orang yang berpikir."
(QS. Ar-Ra'd: 3)
Hidup di
dunia ini, bukan serta-merta untuk bersenang-senang saja, karena dunia memang
bukan tempat kita untuk bersenang-senang. Dunia hanyalah jalan atau proses yang
Allah sediakan sebelum kita melanjutkan ke tempat yang disana kita akan abadi, yakni
akhirat.
Berbagai
macam hal di dunia ini sudah ada tujuan penciptaannya masing-masing. Namun,
kita sebagai manusia, makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lainnya yang
Allah ciptakan, yang diberi akal (sedang makhluk lainnya tidak), apakah
fungsinya akal itu?
Bahwasanya,
apa yang ada di antara langit dan bumi, keindahan-keindahan alam atau bumi yang
kini kita nikmati ini, tidak lain adalah untuk kita renungkan, pikirkan dengan
baikbaik semua hal itu.
Siapakah
yang begitu Agung menciptakan?
Atas dasar atau tujuan apa semua itu diciptakan?
Apa keuntungan (manfaat) yang akan kita dapatkan dari hasil explore (alam/dunia) kita itu?
Atas dasar atau tujuan apa semua itu diciptakan?
Apa keuntungan (manfaat) yang akan kita dapatkan dari hasil explore (alam/dunia) kita itu?
Renungi,
nikmati, dan jangan lupa syukuri.
Wallahu
ta'ala a'lam bish shawab.
Comments
Post a Comment