HARTA TIDAK DIBAWA MATI


Adakah orang yang menangis karena kaya?

Ada. Siapa dia? Sahabat Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu.

Di dunia ini orang-orang justeru mendamba-dambakan harta banyak, ingin jadi orang kaya, ingin jadi pegawai negeri, ingin punya banyak tanah, segudang harta, berpuluh-puluh mobil, atau bahkan barang kecil yang harganya ada sembilan angka 0 di belakangnya.


Mati-matian mencari harta hingga lupa urusan lainnya, bahkan urusannya dengan Allah pun ia lupakan, fatal! Menuhankan harta, menganggap harta segala-galanya, padahal tidak ia bawa mati. Kebodohan yang haqiqi, mungkin lebih jahil dari orang jahiliyah sendiri? Na'udzubillah tsumma na'udzubillah. Ketahuilah ikhwah, bahwasanya harta tidak dibawa mati, sebab yang dibawa mati adalah amal kita, amal kita dengan harta itu kita pergunakan untuk apa?


Kelak akan dihisab atau diperhitungkan apa saja amal yang kita perbuat, termasuk fungsi dari harta yang kita miliki itu. Dan perlu digarisbawahi, ketika dihisab nanti bukan harta kita dibawa kesana bukan, tetapi ingatan kita atau memori kita. Setiap panca indra memiliki tugasnya masing-masing dalam menjawab apa yang harus dipertanggungjawabkan. Kecuali mulut, ia bukan termasuk panca indra yang ikut menjawab, sebab mulut atau lisan bitu bisa berbohong.


Seperti dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:


“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)


Orang yang sudah melakukan banyak ibadah, sedekah pun tak pernah lelah, tetapi kaya, kayanya itu ngga habis-habis. Tapi ia justeru menangis, karena takut hisabnya berat. Sebab semakin orang memiliki banyak harta, semakin berat pula hisabnya kelak. Beliau (Abdurrahman bin 'Auf) saja yang sudah dijanjikan surga, tetap menangis karena kekayaannya itu yang amat banyak, beliau tau bahwasanya harta hanyalah ujian, sedang mulut sudah tidak bisa digunakan untuk berbohong, hanya tangan dan anggota badan lainnya yang bersaksi, mereka bersaksi di atas kejujuran.



Dari Ibrahim bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia bercerita,
“Suatu saat pernah dihidangkan makanan kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu. Tetapi waktu itu ia sedang berpuasa. ‘Abdurrahman ketika itu berkata, “Mush’ab bin ‘Umair adalah orang yang lebih baik dariku. Ia meninggal dunia dalam keadaan mengenakan selimut yang terbuat dari bulu. Apabila kepalanya ditutup, maka terbukalah kakinya. Jika kakinya ditutup lebih baik dariku. Ketika ia terbunuh di dalam peperangan, kain yang mengafaninya hanyalah sepotong, maka tampaklah kepalanya. Begitu pula Hamzah demikian adanya, ia pun lebih baik dariku. Sedangkan kami diberi kekayaan dunia yang banyak.” Atau ia berkata, “Kami telah diberi kekayaan dunia yang sebanyak-banyaknya. Kami khawatir, jikalau kebaikan kami telas dibalas dengan kekayaan ini.” Kemudian ia terus menangis dan meninggalkan makanan itu.” (HR. Bukhari, no. 1275)

Lucunya begini, beliau yang sudah dijanjikan surga saja masih tetap khawatir, kok kita yang ngga dijanjiin apa-apa santai-santai aja, itu kebalik ngga sih? Tolong kita harus lebih mikir, yang utama bukanlah harta, tetapi amal kita. Oke, kita hidup memang tidak bisa tanpa uang, shahih ana sangat setuju, tetapi bukan berarti urusan akhirat terlalaikan karenanya. Itu kekeliruan, yang harus senantiasa diluruskan!


Reminder ini pun, bukan semata-mata karena admin sudah paham betul, justeru tulisan inilah admin buat agar admin juga harus lebih baik, harus senantiasa ingat tentang hal ini. Karena percuma, ketika seseorang membagikan ilmu, tapi dirinya sendiri BIG ZERO (0). Tong kosong bunyinya nyaring, antum semua pasti sudah pernah mendengar peribahasa ini.


Seperti dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:


"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?(2) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(3)" (As-Shaff: 2-3)


Oke sekarang kita kembali ke topik sebelumnya yakni harta. Selain jangan terlalu sibuk mencari harta, kita juga harus memperhatikan apa tujuan kita untuk mencari harta? Jika mencari harta hanya untuk kepentingan dunia, maka sia-sialah usaha kita itu. Jawaban apa yang akan kita pertanggungjawabkan jika kepentingan dunia saja yang kita lakukan? Memalukan.



Dari Khaulah al-Anshariyyah radhiyallahu ‘anha beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ada sejumlah orang yang membelanjakan harta Allah secara serampangan atau asal-asalan dengan cara yang tidak benar, maka untuk mereka neraka pada hari Kiamat.” (HR. Bukhari di dalam kitab Fardul Khamsi bab Firman Allah Fa Innalillahi Khumusahu hlm. 3118)

Carilah harta yang banyak tanpa melupakan kewajiban kita sebagai ummat Muslim, jangan berlebihan yang membuat kita lupa akhirat, jangan juga terlalu pelit sehingga timbunan harta menjadi tak berguna dan tak ada bau harumnya, hiduplah dengan harta yang cukup, selebihnya investasikan ke jalan kebaikan atau bisa kita sebut INVESTASI AKHIRAT untuk mendapat KENIKMATAN dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


Wallahua'alam bish shawab wa baarokallahu fiikum.

Jazaakumullahu khoir sudah membaca ^_^

Comments

Popular posts from this blog

HANYA ALLAH YANG PALING MENGERTI KITA

ORANG-ORANG YANG SABAR